Bagi umat Kristen, makna Natal pertama adalah kegembiraan bahwa Immanuel, sang penebus telah datang. Jadi orang Kristen percaya bahwa dalam wujud bayi anaknya Maria, Allah sendiri datang menunjukkan solidaritasnya dengan manusia, dan itu merupakan suatu kegembiraan besar. Karena dengan demikian ada jaminan dari Allah bahwa manusia tidak dibiarkan di dunia dengan segala macam belenggu dosa dan kejahatannya.
Kedua, Natal adalah suatu peristiwa yang direnungkan untuk melihat apa yang mau dipesankan Allah kepada manusia. Di sana ada dua hal yang menonjol. Pertama, sosok bayi. Bayi itu adalah sosok manusia yang paling lemah, paling tidak bisa apa-apa, paling seluruhnya tergantung dari kebaikan orang lain. Kalau sang penebus mau mengambil resiko sebagai bayi, hal ini memberi pesan bahwa ia percaya kepada Maria dan Yusuf, dan agar kita sebagai manusia berani percaya dan tidak curiga terhadap orang lain. Tak ada kepercayaan lebih besar daripada meletakkan nyawanya di tangan orang lain dan itu yang disimbolisasikan dalam peristiwa Natal. Unsur kedua adalah kemiskinan. Kalau dikatakan bahwa Injil Lukas mengatakan bahwa Yesus dibaringkan dalam palungan tempat makan ternak, semacam kandang, karena tidak ada tempat penginapan. Bisa diandaikan bahwa Yusuf dan Maria memang tidak bisa membayar cukup. Apalagi Yusuf diketahui sebagai tukang kayu di Israel yang pada saat itu adalah pekerjaan rendah di pedesaan.Kelahiran Isa adalah 6 Januari, sedangkan 25 Desember merupakan hari peringatan Dewa Matahari yang di Romawi dikenal sebagai Sol Invictus. Setelah Constantine mengeluarkan The Edict of Milan, pada 313 M, maka ia kemudian mengeluarkan sejumlah peraturan keagamaan yang mengadopsi tradisi pagan. Pada tahun 321, ia memerintahkan pengadilan libur pada “Hari Matahari” (sunday), yang dikatakan sebagai “hari mulia bagi matahari”. Sebelumnya, kaum Kristen—sama dengan Yahudi—menjadikan hari Sabbath sebagai hari suci. Maka, sesuai peraturan Konstantine, hari suci diubah menjadi Sunday. Sampai abad ke-4 M, kelahiran Jesus diperingati pada 6 Januari, yang hingga kini masih dipegang oleh kalangan Kristen Ortodoks tertentu. Namun, kemudian, sebagai penghormatan terhadap Dewa Matahari, peringatan Hari Kelahiran Jesus diubah menjadi 25 Desember.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kalau boleh dan mau kita mengerti mengapa ada sebagian orang Islam yang tidak memberikan ucapan selamat Natal, bukan berarti mereka radikal dan berpikiran picik.