Hari Natal adalah
sebuah hari yang ditetapkan untuk memperingati kembali akan kelahiran Kristus
ke dalam dunia. Suatu peritiwa yang seharusnya dilakukan dalam suasana
sukacita, kini malah lebih kental dengan aroma tragedi dan ketakutan.
Peledakan
bom di beberapa gereja pada masa natal hanya merupakan salah satu dari
rangkaian tragedi-tragedi natal lainnya yang lebih besar. Tragedi natal yang
terbesar adalah ketika orang kristen mulai mengabaikan Kristus sebagai pusat
dari berita natal itu sendiri. Lho kok bisa? Fakta tersebut bisa kita temukan
misalnya dibeberapa kartu natal yang seperti sudah enggan menampilkan bayi
Yesus dan lebih suka menyebut selamat natal dengan "Happy holiday".
Natal juga menjadi sebuah tragedi, pada saat kita tanpa sadar mengidentikan
natal dengan souvenir, perayaan yang meriah, konsumsi yang lezat, dekorasi yang
wah, buku tata kebaktian yang eksklusif, dan sebagainya. Seolah-olah tanpa itu
semua bukan natal namanya. Ketika kemasan menjadi lebih utama ketimbang isi,
ketika sarana lebih dipentingkan ketimbang esensi maka natal sungguh-sungguh
hanya sebuah tragedi.
Satu kali
Rasul Paulus pernah memberikan sebuah pernyataan yang sangat radikial, yang
mungkin bisa dikatakan agak kontroversial jika diucapkan pada jaman sekarang.
Ia berkata, "...segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan
Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya."
Kalau kita
bisa jadi orang beken itu baru namanya mulia karena kita akan dipuja-puja orang
banyak. Kalau kita punya banyak uang serta kedudukan itu juga namanya mulia
karena orang-orang akan tunduk kepada segala sesuatu yang kita perintahkan.
Tetapi mengenal Kristu Yesus kok mulia? Bahkan lebih mulia dari segalanya,
katanya. Apakah Rasul Paulus tidak terlalu naif ketika sedang menyatakan hal
tersebut? Apakah Paulus terlalu fanatik dengan Yesus Kristus? Sepertinya tidak.
Malah mungkin kita sendiri yang perlu bertanya kembali pada diri sendiri,
mengapa sebagai pengikut Kristus kita justru jarang berpikir tentang Kristus.
Pada
ayat-ayat sebelumnya jelas, bahwa pernyataan Paulus tersebut lahir dari sebuah
pengalaman panjang bersama Allah dan sudah teruji oleh waktu. Bahkan pada masa
selanjutnya, tokoh-tokoh penting yang mewarnai sejarah dunia seolah-olah
menegaskan kembali hal tersebut, seperti Fanny Crosby dengan gubahan
lagu-lagunya yang terdapat pada buku-buku nyanyian gereja masa kini, Henry
Dunant dengan Palang Merahnya yang telah menyelamatkan jutaan korban perang,
Ibu Teresa dengan etik orang Samaria yang baik hati telah menginspirasikan
banyak orang termasuk orang bukan Kristen tentang bagaimana mengasihi sesama
dengan sederhana, dan lain-lain. Mereka tidak sekadar memikirkan tentangg
Kristus, tetapi mereka juga mendedikasikan hidupnya bagi Kristus. Hingga pada
akhirnya tanpa sadar, hidup mereka telah mengubah dunia ini menjadi lebih baik.
Mengenal
kemuliaan Kristus tidak hanya mengubah dunia tetapi juga, pertama-tama akan
mengubah diri kita, akan memberi transformasi pada hidup kita. Suatu pandangan
yang benar mengenai kemuliaan Kristus memiliki kuasa mengubahkan diri kita
hingga menjadi serupa dengan Kristus. Orang yang telah melihat Kristus berarti
pula telah melihat Bapa, karena terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah
hanya nampak pada wajah Kristus (Yoh 14:9; 2 Kor 4:6). Dan suatu perenungan yang
teratur mengenai kemuliaan Kristus akan memberi kepuasan serta kelegaan bagi
jiwa kita yang di dalam kesehariannya kerap dipenuhi dengan kegelisahan serta
ketakutan.
Teman-teman,
sesungguhnya natal bukanlah sebuah tragedi. Natal adalah adalah sebuah pengharapan
yang menuntun kita kepada sukacita dan damai sejahtera yang sejati. Semua itu
kita butuhkan agar kita mampu menghadapi tantangan dunia, yang semakin lama
semakin sulit. Tetapi spirit natal tersebut hanya dapat kita miliki jika kita
kembali kepada Kristus, mengenal Kristus dan memandang kemuliaan-Nya yang sudah
Ia nyatakan. Kiranya kita semua merasakan spirit natal yang mampu mengubah
karakter serta pola pikir menjadi semakin berpusat kepada Kristus saja, yang
kelahiran-Nya sedang kita peringati. Tuhan memberkati!