macetnya kota jakarta



Macet adalah ekses konsentrasi pembangunan ini dan Jakarta sudah berkembang terlampau cepat untuk bisa disaingi oleh pembangunan infrastruktur dan transportasi. Kalau dahulu sempat dikatakan pada tahun 2014, lalu-lintas Jakarta akan stuck, bukan tidak mungkin kejadiannya akan dipercepat apabila tidak ada kebijakan yang cukup berani untuk mengatasinya.Setiap saya membaca koran atau pun artikel dikoran selalu saja pokok pembahasannya adalah mengenai macet.pada tanggal 18 september 2012 saya pergi jakarta untuk keperluan mendadak,dalam perjalanan saya kejakarta saya terkena macet,saya tidak tahu kenapa macet banget dijakarta padahal jalan tol begitu banyak,dan mengapa disetiap jalan itu selalu terjadi kemacetan yang begitu panjang sampai berkilometer.

Jakarta memang luar biasa, pembangunan yang (terlalu) terkonsentrasi di ibukota menyebabkannya tampak bagai lampu petromaks bagi laron-laron daerah yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik.
Kata orang 80% uang di Indonesia beredar di Jakarta dan 60% uang di Jakarta beredar di segitiga emas. Kalau ada Herfindahl index untuk jumlah uang beredar mungkin nilainya sudah 95%.Modal transportasi favorit bagi warga urban umumnya (selain kendaraan pribadi) adalah KRL, bis, angkot, dan metromini. Belakangan banyak muncul omprengan-omprengan gelap yang ironisnya justru terasa lebih nyaman daripada sarana transportasi umum yang resmi walaupun biayanya lebih mahal.
Sejak beberapa tahun yang lalu Pemda DKI Jakarta meluncurkan TransJakarta yang biasa disebut orang busway. Awalnya saya cukup terkesan dengan moda transportasi baru ini. Tempat duduk yang bersebelahan (bukan menghadap ke depan seperti biasa), membuat saya merasa naik shuttle bus di Cengkareng. Adanya jalur khusus yang disediakan untuk TransJakarta ditambah dengan AC dan petugas keamanan di atas bis menjadikan busway menjadi calon modal transportasi favorit saya. Semakin lama ternyata kok jumlah bisnya mulai terasa tidak memadai. Saat saya pulang dari  kantor paman, saya harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan bis karena bisnya sudah penuh dan hanya bisa mengangkut 1-2 penumpang tambahan di setiap halte L. Pudar sudah harapan saya.
Akhirnya saya kembali naik mobil dan berhaha-hihi (mulai stress) menikmati macetnya Jakarta. Saya membayangkan berapa besar pemborosan yang terjadi karena kemacetan ini. Belum lagi hilangnya quality time bersama keluarga.

0 komentar: Posting Komentar