INTEGRAL
LIPAT DUA DAN PENERAPAN FISISNYA
PADA PERHITUNGAN MOMEN INERSIA
1) Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas
Matematika dan IPA
Universitas
Negeri Gorontalo
ABSTRAK
In this papers, generally of speaking will discussion about
definition of double integrals and form
the application as used in of the
physical property in case of moment of
inertia and as well as the some examples.. This papers will discussion and
showing how to make arrangements for integrals in calculation the moment of inertia,
in particular of double integrals.
Keyword
: integral, integral lipat dua, moment of inertia.
1.
PENDAHULUAN
Usaha pemecahan tentang luas telah menuju ke pendefinisian
integral tentu. Dalam berbagai cara yang sama, sekarang kita mencoba mencari
volume benda pejal dan dalam prosesnya kita sampai pada definisi integral lipat
dua.
Telaah kembali tentang materi dasar yang berkenaan dengan
integral tentu dari fungsi peubah tunggal. Jika f(x) didefinisikan sebagai a
, artinya kita membagi selang
menjadi menjadi n selang bagian
berlebar sama
x
= (b - a)/n dan kita pilih titik-titik sampel x, dalam selang bagian ini. Kemudian kita
bentuk jumlah Riemann:
|
|
Dalam kasus khusus dengan
0,
jumlah Riemann dapat ditafsirkan sebagai jumlah luas segiempat penghampir dalam
gambar di bawah dan
menyatakan luas daerah di bawah kurva y = f(x) dari a ke b.
2.
INTEGRAL
LIPAT DUA
Dalam
cara yang serupa, kita tinjau fungsi dua peubah f yang didefinisikan pada segiempat tertutup. Untuk integral lipat dua dari fungsi dengan
dua peubah pembatasannya adalah bahwa fungsi dua peubah tersebut terdefinisi
pada suatu daerah tertutup di R2. Yang dimaksud daerah tertutup disini adalah
daerah beserta dengan batas-batasnya. Apabila dikatakan daerah, maka yang
dimaksud adalah daerah tertutup.
Kita
tinjau fungsi dua peubah f yang
didefinisikan pada segiempat tertutup. Misalkan
fungsi z = f(x,y) didefinisikan pada suatu daerah tertutup R di bidang xoy.
Dan mula-mula kita misalkan f(x, y)
0. Grafik f
adalah permukaan dengan persamaan
. Misalkan S adalah
benda pejal yang terletak di atas R dan di bawah grafik f, yakni:
(Lihat gambar di samping) tujuan kita adalah
mencari volume S. Langkah pertama adalah membagi segiempat R menjadi beberapa
bagian. Kita lakukan ini dengan membagi selang
menjadi m selang bagian
berlebar sama
dan dengan membagi
menjadi n selang bagian
berlebar sama
.
Dengan menarik garis-garis sejajar
terhadap sumbu koordinat melalui titik ujung selang bagian dalam bentuk segiempat
bagian.
=
masing- masing dengan luas
Jika kita pilih salah satu
titik sampel
dalam masing- masing
maka kita dapat menghampiri bagian S yang
terletak di atas masing- masing
menggunakan kotak segiempat tipis (atau kolom)
dengan alas
dan tinggi
.
Maka voleme kotak adalah tinggi kotak kali luas segiempat alas :
=
Dapat dilihat maka untuk semua segiempat jika ditambahkan volume
kotak yang berkaitan , maka volume total S hampir diperoleh.
|
Intuisi kita
memberitahu bahwa hampiran yang diberikan menjadi lebih baik begitu m dan n
menjadi lebih besar, sehingga diharapkan menjadi :
|
Jika
maka volume V dari benda pejal yang terletak
di atas segiempat R dan di bawah permukaan
adalah
|
Ø
Untuk menghitung integral lipat dua dapat
digunakan integral berulang yang ditulis dalam bentuk :
a.
dimana integral yang ada dalam kurung harus
dihitung terlebih dahulu dengan menganggap variable y konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali terhadap y.
b.
dimana integral yang ada dalam kurung harus
dihitung terlebih dahulu dengan menganggap variable x konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali terhadap x.
Jika integral lipat dua di atas ada, maka (a)
dan (b) secara umum akan memberikan hasil yang sama.
Contoh
:
1.
Hitung
luas daerah yang dibatasi oleh x + y = 2 dan 2y = x + y
Penyelesaian
:
2.
Tentukan
volume V suatu benda padat di bawah permukaan
dan di atas persegi panjang
Penyelesaian
:
3.
Carilah
volume benda pejal yang terletak di bawah paraboloid
dan di atas daerah D di bidang –xy yang dibatasi oleh garis y = 2x serta parabola y = x2.
Penyelesaian
:
Karena
itu, volume di bawah
dan di atas D adalah
4. PENERAPAN
INTEGRAL LIPAT DUA PADA MOMEN INERSIA
Pada
saat mempelajari hukum Newton, diketahui bahwa ukuran kelembaban benda pada
gerak translasi adalah massa. Perhatikan pergerakan planet pada porosnya.
Planet-planet terus berputar pada sumbunya tanpa berhenti akan selalu
mempertahankan keadaan untuk terus berotasi. Dengan demikian, pada gerak rotasi
dikenal istilah kelembaban.
Besaran
pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan momen
inersia(I). Perbedaan nilai antara massa dan momen inersia adalah besar
massa suatu benda hanya bergantung pada kandungan zat dalam benda tersebut,
sedangkan besar momen inersia tidak hanya bergantung pada jumlah zat tetapi
juga dipengaruhi oleh bagaimana zat tersebut terdistribusi pada benda tersebut.
Materi tentang energi kinetik (kinetic energy), dari sebuah partikel dengan
massa m dan kecepatan v yang bergerak dalam sebuah garis lurus
dirumuskan dengan :
Jika sebagai pengganti bergerak sepanjang suatu garis lurus,partikel
berputar terhadap suatu sumbu dengan suatu kecepatan sudut (angular velocity) sebesar
, maka
kecepatan liniernya adalah v = r
, dengan r merupakan radius lintasan yang
berbentuk lingkaran. Ketika disubtitusikan
ke persamaan energi kinetik, maka:
Maka, dari sebuah pertikel yang berputar
dapat dituliskan:
Momen inersia (moment of inertia) dari
partikel bermassa m terhadap sumbu
didefinisikan sebagai mr2
, dengan r adalah jarak deri partikel
ke sumbu. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa momen inersia dari
benda dalam gerak berputar memiliki peranan yang serupa dengan massa benda
dalam gerak linear.
Kita perluas konsep ini terhadap lamina
dengan fungsi kerapatan
dan menempati daerah D denagn cara melanjutkan prosesnya seperti yang kita lakukan pada
mmomen biasa. Kita membagi D menjadi
segiempat-segiempat kecil, menghampiri momen inersia masing-masing segiempat
bagian terhadap sumbu –x dan
mengambil limit jumlah pada saat banyaknya segiempat bagian menjadi besar.
Hasilnya adalah momen inersia lamina terhadap sumbu –x :
|
|
Untuk suatu sistem n partikel pada suatu
bidang yangbermassa m1, m2,…..,mn dan yang berjarak r1, r2,….,rn
dari garis L, makamomen inersia sistem
itu terhadap L didefinisikan sebagai:
Dengan kata lain kita tambahkan momen – momen inersia dari setiap
partikel. Sekarang kita perhatikan lamina dengan kerapatan
yang
mencakup suatu daerah S dari bidang xy. Jika kita partisikan S, aproksimasi momen inersia tiap keping
Rk, tambahkan dan ambil
limit maka rumus momen inersia lamina terhadap sumbu – sumbu x,y dan z dinyatakan dengan:
|
Perhatikan masalah penggantian suatu sistem massa umum yang massa
totalnya m oleh sebuah titik tunggal
bermassa m dengan momen inersia I yang sama terhadap suatu garis L, sehingga didapat rumus sebagai
berikut :
Sebuah jari-jari perputaran (radius
of gyration) dari suatu sistem. Jadi energi kinetik dari sistem yang
berputar mengelilingi L dengan
kecepatan sudut
adalah :
Contoh
:
1.
Tentukan
momen inersia terhadap sumbu x, y dan
z untuk lamina dengan kerapatan
yang dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8 dan kurva
Penyelesaian
S
|
Material tak homogen
Penyelesaian :
2.
Diketahui kurva
dari x
= 0 sampai x = 1, hitunglah momen inersia terhadap sumbu x, y
dan z dengan kerapatan
= xy.
Penyelesaian :
Kita peroleh dM = xy dydx. Jarak dari dM ke sumbu x adalah y (Lihat
gambar). Demikian pula, jarak dM ke sumbu y adalah x.
Jarak dM ke sumbu -z (sumbu z tegak
lurus kertas pada gambar) adalah
Elemen dari suatu luasan, seperti metode integral
lipat dA = dy dx. Karena kerapatan
= xy, massa elemen adalah dM = xy dy dx. Maka ketiga momen inersia terhadap ketiga sumbu
koordinat :
5. KESIMPULAN
Ø
Integral
lipat dua merupakan integral dari fungsi dengan dua peubah , dengan batasan
bahwa fungsi dua peubah tersebut terdefinisi pada suatu daerah tertutup di R2.
Ø
Untuk
menghitung integral lipat dua dapat digunakan integral berulang yang ditulis
dalam bentuk :
Ø Besaran pada gerak rotasi yang analog
dengan massa pada gerak translasi dikenal dengan momen inersia(I).
Momen inersia (moment of inertia) dari partikel bermassa m terhadap sumbu yang diberikan didefinisikan sebagai mr2 , dengan r adalah jarak deri partikel ke sumbu.
Ø Rumus momen inersia lamina terhadap sumbu –
sumbu x, y dan z dinyatakan dengan:
|
6. DAFTAR
PUSTAKA
http://ocw.mit.edu/terms. MIT18_02SC notes_23. Diakses tanggal
01/29/2011 : 03.37 pm
Purcell, Verberg, Rigdon. 2004. Kalkulus Edisi Kedelapan Jilid 2.
Jakarta : Erlangga
Stewart, James. 2003. Kalkulus Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganeca